Preferensi masyarakat terhadap produk berbahan kulit dibandingkan serat sintetis tidak hanya didasarkan pada aspek estetika yang anggun dan berkelas. Keunggulan tersebut juga dipengaruhi oleh variasi jenis bahan kulit, yang melibatkan berbagai proses pembuatan, teknik pemotongan, dan berbagai finishing yang diterapkan.
Untuk memahami lebih dalam, mari eksplorasi ragam jenis bahan kulit agar dapat membedakan antara kulit berkualitas premium dengan yang standar. Dengan pengetahuan ini, kita dapat membuat pilihan yang lebih cerdas dalam menilai keaslian dan kualitas produk kulit.
Apa Itu Bahan Kulit?
Bahan kulit, atau yang dikenal sebagai leather, merupakan material fashion tertua yang telah digunakan sejak zaman purba untuk berbagai keperluan, termasuk pakaian, alas kaki, dan bangunan berteduh.
Saat ini, kegunaan bahan kulit telah berkembang menjadi produk bernilai tinggi seperti jaket, tas, dompet, dan ikat pinggang. Meskipun harganya tinggi, produk berbahan kulit terkenal karena daya tahan yang luar biasa, menjadikannya selalu diminati di pasaran.
Berbagai jenis bahan kulit berasal dari sumber-sumber seperti sapi, kerbau, kambing, buaya, Komodo, ikan pari, ikan tuna, gajah, dan harimau. Baik kulit hewan ternak maupun hewan liar memerlukan proses penyamakan untuk menjaga kualitasnya.
Genuine leather, sebagai jenis bahan kulit asli, menjadi material utama dalam pembuatan produk fashion dan aksesoris. Untuk memahami perbedaannya, penting untuk mengenali berbagai jenis bahan kulit yang tersedia.
Jenis Kain Kulit
Terdapat beragam jenis bahan kulit yang dapat digunakan dalam pembuatan produk tekstil.
1. Full Grain Leather
Full grain leather merupakan jenis bahan kulit yang memiliki serat lengkap dan penuh, memberikan tekstur yang cenderung kasar. Bahan ini berasal dari lapisan kulit hewan terbaik dan diproses tanpa pengamplasan untuk menjaga kesan premium. Biasanya, hanya bagian bulu yang dihilangkan.
Keunggulan utamanya adalah tingkat daya tahan yang tinggi dan kekuatan yang luar biasa, meskipun jahitannya terkadang lebih rentan terhadap robek.
Dibandingkan dengan bahan kulit lainnya, full grain leather memiliki serat yang sulit dirobek, menjadikannya pilihan ideal untuk produk seperti pelana kuda, alas kaki, perabotan, dan banyak lagi. Meski harganya cukup tinggi, kualitasnya yang unggul membuatnya sangat dihargai dalam berbagai industri.
2. Top Grain Leather
Salah satu jenis bahan kulit yang sering digunakan dalam proses produksi adalah top grain leather. Berada satu tingkat di bawah tipe full grain leather, lapisannya telah diampelas untuk meningkatkan teksturnya, menghasilkan permukaan yang halus dan nyaman. Kelembutan, kelenturan, dan fleksibilitasnya tak diragukan lagi.
Bahan kulit ini sering digunakan dalam pembuatan produk aksesoris, seperti sepatu, tas tangan, dompet, dan barang mewah lainnya. Meskipun mungkin memiliki goresan, harganya tetap tinggi karena kualitasnya yang premium. Setelah melalui tahap penyamakan, produk ini juga dilapisi cat pelindung untuk meningkatkan kilau warnanya.
3. Split Grain Leather
Tentu saja, kamu pasti tidak asing dengan bahan kulit suede yang sering digunakan dalam produk sepatu dan tas dari merek-merek terkenal. Kulit ini berasal dari proses pengolahan split grain leather atau potongan kulit di bawahnya top grain. Uniknya, bahan kain ini tidak memiliki permukaan sepadat full grain atau top grain.
Bahkan, lapisan serat pun tidak dimilikinya, sehingga diperlukan pengolahan bersama bahan lain untuk meningkatkan kualitas produk. Tak hanya itu, kulit ini sering menjadi bahan pelengkap dalam pembuatan jaket kulit, tas, dompet, dan berbagai produk lainnya.
4. Genuine Leather
Pilihan berikutnya adalah kulit asli (genuine leather) yang menghadirkan lapisan kulit berkualitas tinggi dan telah menjalani proses perawatan panjang, menghasilkan permukaan dengan tekstur yang lebih seragam.
Berbeda dengan bahan sebelumnya yang cenderung berserat, genuine leather ini memiliki material yang lebih halus dan bebas serat karena berasal dari lapisan kulit terdalam yang tersisa.
Bahan kulit ini sering digunakan dalam pembuatan dompet dan ikat pinggang dengan harga yang terjangkau. Meskipun mengalami penurunan kualitas dalam prosesnya, produk ini tetap menjadi favorit konsumen karena pada dasarnya terbuat dari bahan kulit yang tahan lama. Kelebihan ini membuatnya menjadi pilihan yang praktis dan ekonomis tanpa mengorbankan ketahanan dan daya tahan.
5. Bonded Leather
Bonded leather, sebagai jenis bahan kulit dengan kualitas terendah, diproduksi dari campuran filler dan polyurethane, sering disebut sebagai blended leather. Keunikan ini membuatnya mudah dikenali.
Untuk menciptakan kesan mewah, biasanya ditambahkan campuran cat warna atau cetakan timbul. Produk ini sering digunakan dalam industri furniture, dengan kombinasi lapisan luar dari kulit suede dan lapisan dalam menggunakan full grain. Meskipun harganya terjangkau, produk ini memberikan tampilan yang menawan dan kokoh.
6. Calf Leather
Jenis kulit calf leather merupakan varian kulit yang berasal dari sapi muda, sehingga memiliki tekstur yang sangat halus. Proses pengolahannya melibatkan langkah-langkah seperti penghilangan bulu, pengeringan, dan penyamakan yang cukup rumit karena kepekaan kulit terhadap sobekan.
Calf leather dikenal dengan kelembutan, ketebalan, dan elastisitasnya yang membuatnya ideal untuk sarung tangan. Keunggulan ini menjadikannya bahan pilihan tidak hanya untuk sarung tangan, tetapi juga untuk pembuatan dompet, jaket, atau dress, dengan kemungkinan variasi warna yang menarik dan tahan lama.
7. Bi-cast Leather
Kulit bi-cast, yang termasuk dalam kategori lapisan kulit terendah, memiliki tekstur tipis dan kadang-kadang mengandung cacat. Idealnya digunakan sebagai lapisan emboss untuk memberikan ilusi kulit asli pada produk. Proses pembuatannya melibatkan perendaman dalam larutan tanin untuk membersihkan dan membuatnya lebih lentur.
Meskipun harganya terjangkau, kelemahan kulit ini terletak pada kemampuannya yang rentan mengkerut dan warnanya yang mudah memudar, menjadikannya kurang cocok untuk pemakaian jangka panjang.
Faktor Penentu Kualitas Kain Kulit
Ketika membahas ini, terdapat sejumlah aspek yang memiliki dampak signifikan. Jenis hewan penghasil kulit, teknik pembuatan, iklim lokal, pola makan, dan bahkan proses produksi semuanya memainkan peran penting dalam menentukan kualitasnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam, mari kita telusuri penjelasan rinci mengenai faktor-faktor tersebut.
1. Perlakuan Usaha Ternak
Kualitas kain kulit dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah perlakuan terhadap hewan. Usaha ternak yang secara khusus berfokus pada produksi kulit cenderung unggul dibandingkan dengan yang lebih berorientasi pada kebutuhan manusia seperti susu, daging, dan tulang.
Selain itu, kualitas kulit juga tergantung pada perawatan hewan. Jika kesehatan hewan diabaikan, kulitnya dapat mengalami penurunan kualitas. Bahkan, luka yang tidak diobati dapat menyebabkan cacat dalam proses produksi kulit. Dengan demikian, perhatian terhadap perlakuan terhadap hewan dan kesehatannya menjadi faktor kunci dalam mencapai kulitas kulit yang optimal.
2. Jenis Kain Kulit
Kain kulit yang digunakan dalam pembuatan produk fashion umumnya diperoleh dari hewan ternak dengan berbagai tingkatan kualitas, seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Kualitas tinggi biasanya berasal dari hewan yang mendapatkan nutrisi optimal, menghasilkan tekstur kulit yang lebih fleksibel.
Sebaliknya, kulit dari hewan kurus dan tidak sehat cenderung memiliki tekstur kaku dan kering. Penting untuk memeriksa keaslian produk kulit yang dibeli, karena produk yang asli, terlepas dari jenis bahan kulitnya, selalu menawarkan ketahanan yang baik dan tidak mengalami keausan seiring berjalannya waktu.
3. Makanan dan Iklim Adaptasi Hewan
Kualitas kulit hewan seringkali terkait erat dengan pola makan mereka; hewan yang mendapat nutrisi optimal cenderung memiliki kulit berkualitas tinggi, terutama saat proses pemotongan dengan berat badan ideal. Sebaliknya, hewan yang menderita penyakit cenderung menunjukkan penurunan kualitas kulit.
Perpindahan tempat juga dapat mempengaruhi kondisi kulit, karena hewan perlu beradaptasi kembali dengan lingkungannya. Selain itu, iklim tempat tinggal hewan turut menjadi faktor penentu dalam menentukan kualitas kulit.
Setiap daerah memiliki iklim yang berbeda, sehingga pemeliharaan jenis hewan ternak harus disesuaikan dengan kondisi iklim yang cocok untuk mendapatkan bahan kulit berkualitas optimal.
4. Proses Produksi Kulit
Kualitas bahan kulit tak hanya ditentukan oleh jenisnya, tetapi juga oleh proses produksinya yang sangat berperan. Mulai dari tahap pemotongan hewan dengan kehati-hatian, pengulitan menggunakan pisau sayat yang tumpul untuk melindungi bahan kulit, hingga proses penyamakan kulit yang memainkan peran penting.
Kain kulit berkualitas tinggi dikerjakan dengan mesin canggih, memastikan pola penyatuan yang konsisten, rapi, dan presisi sempurna. Selain itu, kulit asli dengan serat-seratnya memiliki aroma otentik yang sulit untuk dipalsukan, menambah nilai autentisitasnya.
